Makalah

Jumat, 30 November 2018

Ulumul Qur'an Fawatihu Suwar


Fawatih as-Suwar
(فواتح السّور)
A.  Pengertian Fawatihu Suwar
Secara bahasa fawatih as-suwar berarti pembukaan-pembukaan surat. Karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks setiap surat. Bila sebuah surat dimulai oleh huruf-huruf hijaiyah, huruf itu biasa dinamakan ahruf muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi huruf tersebut cenderung “menyendiri”, tidak bergabung untuk membentuk sebuah kalimat secara kebahasaan. Namun, segi pembacanya tidak berbeda lafadz yang diucapkan pada huruf hijaiyah.[1]
B.   Macam-Macam Fawatih As-Suwar
Menurut Ibn Abi Al-Isba dalam kitab al-khawatir as-Shawanih fi Asrat Al-Fawatib yang ditulisnya, dia menggunakan istilah al-Fawatih dengan arti jenis-jenis perkataan yang membuka surah-surah dalam al-qur’an. Jenis-jenis perkataan itu dibagi menjadi sepuluh kelompok, yakni:[2]
1.    Pujian kepada Allah Azza Wajalla
Pujian ada dua macam, yakni menetapkan sifat terpuji, dan mensucikan serta menafikan sifat-sifat kurang.
Adapun lafaz pujian yang menetapkan sifat terpuji tersebut adalah lafadz  الحمد لله yang terdapat pada lima surat, yakni :
a.    Surat al-Kahfi الحمدلله الذي انزل على عبده الكتب ولم يجعل له عوجا
b.    Saba الحمدلله الذي له مافي السموات والأرض       
c.    Al-Anam خلق  السموات والأرض  الحمدلله الذي
d.   Fathir الحمدلله الذي فاطر السموات والأرض
e.    Al-fatihah الحمدلله رب العلمين
Dan ladadz تبارك  yang terletak pada dua tempat yaitu :
a.    Al-Furqan (تبارك الدى نزّل الفر قان)
b.    Al-Mulk (تبارك الذى بيده الملك)
Dan ladadz yang menafikan sifat-sifat kurang ataupun mensucikan-`Nya adalah :
a.    Al-Isra    سبحن الذي اسرى بعببده ليلا من المسجد الحرام الى المسجد الأقصى       
b.     Al-Hasyr لله ما في السموات وما في الأرض سبح  
c.    Al-A’la   سبح اسم ربك الأعلى            
d.   Al-Taqhabun يسبح لله ما في السموات والأرض
e.    Al-Hadid          لله ما في السموات وما في الأرض سبح                 
f.    As-Shaf لله ما في السموات وما في الأرض سبح  
g.     Al-Jum’ah  يسبح لله ما في السموات والأرض [3]
Mengenai lafadz-lafadz pujian yang bersifat mensucikan tersebut, Al-Kirmani berkata “Tasbih adalah kalimat yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Maka, Dia memulai dengan bentuk masdar pada surat Al-Isra’, karena inilah yang dasar, kemudian dengan fi’il madli pada surat Al-hadid dan Al-Hasyr. Karena itu adalah masa yang paling dahulu dibanding dua masa yang lainnya, lalu dengan fi’il mudhari’ pada surat Al-Jum’ah dan At-Taghabun.[4]
2.    Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (huruf hijaiyah)
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14 huruf dengan tanpa diulang, yang terdiri dari huruf-huruf :
ي ، هـ، ن، م، ل، ك، ق، ع، ط، ص، س، ر، ح، ا
Kalau dihitung dengan memasukkan huruf-huruf yang berulang-ulang, maka akan berjumlah 78 huruf. Sebab, huruf Kaf 1 nun masing-masing hanya dipakai satu kali, sedang huruf ain, ya, ha, dan qaf dipakai dua kali. Dan huruf shadnya dipakai tiga kali, sedang huruf Tha’ dipakai sampai empat kali. Huruf siin dipakai lima kali, huruf raa enam kali dan huruf ha tujuh kali, yang banyak sekali adalah huruf Alif dan lam, yang masing-masingnya dipakai sampai 13 kali tetapi yang terbanyak adalah huruf mim yang dipakai sampai 17 kali.[5]
Penggunaan huruf-huruf tersebut tersusun dalam 14 rangkaian terdiri dari lima kelompok sebagai berikut :
a.    Kelompok yang terdiri dari satu huruf
Terdapat dalam 3 surah, yakni :
v        surah Shad ِوالقران ذي الذكرص
v         surah Qaaf والقران المجيد      ق
v        surah al-Qolam ن والقلم وما يسطرون
b.    Kelompok yang terdiri dari dua huruf
Terdapat dalam 9 surah, yakni yang tersusun dari rangkaian “Ha” dan “Mim” (حم) terdapat pada 6 surah, yaitu:
v        surat Ghafir حم تنزيل الكتاب من الله العزيز العليم
v         Hamim Sajadah,  حم تنزيل من الرحمن الرحيم
v         Az-Zukhruf,حم والكتاب
v         Ad-Dukhan,حم والكتاب المبين
v         Al-Jatsiyah, حم تنزيل الكتاب من العزيز الحكيم
v         dan al-Ahqaf, حم تنزيل الكتاب من العزيز الحكيم
Dan yang tersusun dari lafadz “طه hanya satu surah yakni surah Thaha. Dan rangkaian “طس dalam satu surah yakni an-Naml serta yang tersusun dari “Ya” dan “Sin (يس) hanya satu surah saja yaitu yasin.
c.    Kelompok yang terdiri dari 3 huruf terdapat pada 13 surah yaitu :
1)   Rangkaian huruf “الم” terdapat dalam 6 surah, adalah surah Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-Rum, Lukman, As-Sajadah.
2)   Rangkaian huruf “Alif, lam, ra” (الر) yang terdapat pada 5 surah, yakni surah Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim dan Al-Hijr.
3)   Rangkaian huruf “Tha, sin, mim” (طسم), yang terdapat pada dua surah, yakni, Al-Qashash dan asy-syu’ara.
d.   Kelompok yang terdiri dari 4 huruf (Al-Muraab’ah)
Ini hanya terdapat dalam 1 surah, yakni surah Ar-rad atau yang terangkai dari huruf Alif, lam, mim dan ra” (المر) dan surah Al-A’raf, yang terangkai dari huruf “Alif, lam, mim dan shad (المص)
e.    Kelompok yang terdiri dari 5 huruf (Al-Mukhaamasatu).
Kelompok ini hanya terdapat dalam dua surah, yakni surah Maryam atau rangkaiannya terdiri dari huruf :kaf, Ha, Ya, ‘Ain, dan Shad (كهيعص) dan surah Asy-Syura adapun surah ini tersusun dari huruf “ha, mim, ain, sin dan qaf” (حم عسق)[6]
3.    Pembukaan dengan Nida’ atau panggilan
Pembukaan dengan nida (panggilan) ini terdapat pada sepuluh surah. Sedangkan nida’ (panggilan) itu ada 3 macam, yaitu :
a.    Nida’ (panggilan) yang ditujukan kepada Nabi
Hal ini terdapat dalam lima surah, yakni :
1)   Surah al-Ahzab (يَايُّهَا النَّبِىُّ اِتَّقِ اللهَ ولا تطع الكاف)
2)   Surah At-Tahrim (يَايهَا النبى لم تُحَرِحُ مَآ احل لله لك)
3)   Surah Aath-Thalaq (يَايُّهَا النبى اذاطلقتم النساء.)
4)   Surah Al-Muzammil  (يَا يهَا لمُزّمِّل قم اليل الاقليلا)
5)   Surah Al-Muddatsir (يا يهَا المدّثر)
b.    Nida’ (panggilan) yang ditujukan kepada kaum mukminin
Terdapat dalam tiga surah, sebagai berikut :
1)   Surah Al-Maidah (يايها الذين امنوا افوا بالعقود)
2)   Surah Al-Hujurat (يايّها الذين امنوا لاتقدموا بين يدي الله ورسوله)
3)   Surah al-Mumtahanah)  (يايّهاالذين امنوا لاتتخذوا عدوي وعدوكم اولياء
c.    Nida’ (panggilan) yang ditujukan kepada manusia dengan menggunakan lafadz (يايها الناس) ini terdapat pada dua surah, yakni surah an-Nisa dan al-Hajj.[7]
4.    Pembukaan dengan jumlah Khabariyah
Jumlah khabariyah diawal surah-surah al-qur’an ada dua macam, yaitu :
a.    Jumlah ismiyah, yang semuanya terdapat pada 11 surah dalam al-qur’an, sebagai berikut :
1)   Surah at-taubah “برآةُ مِنَ الله وَرَسُوْلِهِ
2)   Surah An-Nur سُوْرَةٌ اَنَزَلْنلهَا وَفَرَضْنهَا
3)   Surah Az-Zumar “تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ
4)   Surah Muhamamd “الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا
5)   Surah Al-Fath “إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
6)   Surah Ar-Rahman “الرحمن عَلَّمَ القُرْأنَ
7)   Surah al-Haqqah “اَلْحَآقَةُ مَالْحَآقَّةُ
8)   Surah Nuh “إِنَّأ اَرْسَلْنَا نُوْحًا الى قومة
9)   Surah al-Qadr “إِنَّا اَنْزَلْنهُ فِى لَيْلَةِ القَدْرِ
10)Surat Al-Qori’ah “القَارِعَةُ مَالْقَارِعَةُ
11)Surah al-Kautsar “إِنَّآ اَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرْ[8]
b.    Jumlah fi’liyah, dan semuanya terdapat pada 12 surah diantaranya:
v    surah Al-Anfal, يَسْئَلُوْنَكَ عنِ ْالأَنْفَالِ         
v     Surah an-Nahl اتي امر الله فلا تستعجلوه  
v    Surah al-Anbiya اقترب للناس حسا بهم
v    Surah al-mu’minun, قدافلح المؤمنون
v    Surah al-Qamar, اقتربت الساعة وانسق القمر
v    Surah al-Mujadilah, قد سمع الله قول ا لتي تجا د لك
v    Surah al-Ma’arij, سال ساءل بعذاب واقع
v     Surah al-Qiyamah, لا اقسم بيو م القيمة
v    Surah al-Balad, لا اقسم بهذا البلد
v    Surah ‘Abasa, عبس وتولي ان جاءه الاءعمي
v    Surah Al-Bayinah, لم يكون الذين كفروا من اهل الكتب والمشركين منفكين
v    Surah At-Takatsur, الهكم  التكثر[9]
Sebenarnya, masih banyak lagi ke surah-surah al-qur’an yang dibuka dengan jumlah khabariyah, seperti tersebut diatas, tetapi karena dimasukkan dalam kategori pembukaan-pembukaan surah yang lain, seperti termasuk macam pertama (dengan pujian), dan masuk macam kesepuluh (dengan do’a) dan sebagainya, maka tidak dimasukkan dalam macam yang keempat ini.
5.    Pembukaan dengan sumpah (Qosam)
Sumpah Allah yang dipakai dalam pembukaan Surah Al-Qur’an itu ada 3 macam, dan terdapat pada 15 surah, yakni :
a.    Sumpah dengan benda-benda angkasa (Al-Qasamu bi al-uluwiyati).
Yakni sumpah seperti ini dipakai pada 8 surah yakni surah an-Najm  ( والننجم اذا هوى) , surah Ash-Shaffat, surah Al-Mursalat, An-Nazi’at, Al-Buruj, At-Thariq, Al-Fajr, Asy-Syams.
b.      Sumpah dengan benda-benda bawah (Al-Qasamu bi as-sufliyati)
Hal ini terdapat pada 4 surah, yakni surah Adz-Dzariyat والذريت ذرو (demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya), surah at-Thur, at-Tin, dan surah Al-Adiyat).
c.    Sumpah dengan waktu (al-Qasamu bi al-waqti) yang terdapat dalam 3 surah, yakni Al-Lail,  واليل اذايغشى demi malam apabila menutupi (cahaya siang), surah Adh-Dhuha & Al-Ashr.[10]
6.    Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu bi asy-Syarthi)
Syarat-syarat yang dipakai Allah SWT sebagai pembukaan surah-surah Al-Qur’an itu ada dua macam dan terdapat pada 7 surah, sebagai berikut :
a.    Syarat yang masuk kepada jumlah ismiyah, yang terdapat dalam 3 surah, yakni surah at-Takwir, Al-Infithar, dan surah Al-Insyiqaq
b.    Syarat yang masuk pada jumlah fi’liyah, yang terdapat dalam 4 surah, yakni surah Al-Waqi’ah  إذا وقعت الواقعة , surah al-munafiqun, surah az-zalzalah, dan surah an-Nashr.[11]
7.    Pembukaan dengan Fi’il amr (al-istiftahu bi al-Amri).
Ada beberapa fi’il amr (kata kerja perintaj) yang dipakai untuk membuka surah-surah al-qur’an, yang terdiri dari dua lafadz dan digunakan untuk membuka 6 surah sebagai berikut :
a.    Fi’il amr yang terbantuk dari lafadz إِقُرَأْyang hanya terdapat pada satu surah, yakni surah al-Alaq.
b.    Fi’il Amr dengan lafadz قُلْ yang digunakan dalam 5 surah, yakni surah al-jin, al-Kafirun, Al-Ikhlas, al-Falaq dan surah an-Nash.[12]
8.    Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiflahu bi al-Istifhami). Bentuk pertanyaan (istifhan) yang dipakai pembukaan dari 6 surah al-qur’an itu ada dua macam, sebagai berikut :
a.    Pertanyaan positif atau tanpa menggunakan huruf nafi. Pertanyaan yang demikian itu dipakai dalam 4 surah yakni surah an-Naba, al-Ghasyiah, dan surah Al-Maun, serta al-Insan.
b.    Pertanyaan yang negatif atau dengan menggunakan huruf nafi, yang terdapat pada 2 surah, yakni surah al-Insyirah اَلَمْنَشْرَحْ dan surah al-fiilالم ترى كيفف على ربك باصحاب الفيل[13]
9.    Pembukaan dengan do’a, yaitu pada 3 surah yakni:
v surah al-Muthafifin, للمطففينويل
v al-Humazah,ارءييت الذي يكذب باللدين
v  al-Lahab تبت يدا ابي لهب وتب [14]
10. Pembukaan dengan alasan atau dengan penjelasan sebab yaitu pada surah al-quraisy,لايلف قريش
Menurut Abu syamah “yang kamu sebutkan dalam bagian do’a itu dapat dimasukkan ke dalam kalimat berita. Demikian juga pujian seluruhnya, kecuali lafadz سَبِّحْ , karena ini termasuk fi’il amr, begitu pulalafadz سُبْحَانَ karena dapat bermakna amr dan berita.[15]
C.  Pendapat Ulama Tentang Fawatih As-Suwar
  1. Menurut Ibnu Abi Al-Asba’ fungsi fawatih as-suwar adalah untuk menyempurnakan dan memperindah bentuk cara penyampaian dengan sarana pujian atau melalui huruf-huruf, serta untuk merangkum segala materi yang akan disampaikan lewat kata-kata awal. Dalam hal ini, surat al-fatihah dapat digunakan sebagai ilustrasi tentang pembuka yang merangkum seluruh pesan ayat dan surah yang terdapat dalam al-qur’an.
  2. Menurut al-Hubbi, awal surah merupakan bentuk warning khusus bagi Nabi Muhammad karena bahwa Allah mengetahui bagian-bagian waktu yang dimiliki Nabi sebagai manusia yang terkandung sibuk oleh Aktivitas. Atas dasar itu, Malaikat Jibril menyampaikan firman Allah seperti alif-lam-mim dan sebagainya supaya Nabi bisa menerima dan memperhatikannya.
  3. Menurut Sayid Rashid Ridha
Ia menyatakan bahwa huruf-huruf tersebut merupakan peringatan yang diutamakan kepada ruh dan watak kejiwaan Nabi.
  1. As-Syafi’i, berpendapat bahwa awal surah merupakan rahasia Al-Qur’an
  2. Abu Bakar Ash-Shidiq berkata bahwa setiap Kitab mempunyai rahasia dan rahasia al-qur’an adalah awal surahnya.[16]
  3.  Az- Zarkasyi berkata dalam tafsirnya ‘al-Qassyaf tentang huruf-huruf itu bahwa di dalamnya terdapat beberapa pendapat yaitu: merupakan rahasia Allah yang hanya Allah sendiri nyang mengetahuinya. Atau merupakan nama surat, dan sumpah Allah swt dan supaya dapat menarik perhatian orang yang mendengarnya.


D.    Manfaat MEMPELAJARI FAWATIHUS SUWAR
Al-Qur’an  yang menjadi sumber hukum bagi umat islam serta memiliki keistimewaan baik dari segi makna maupun dari bahasa..Pernyataan tersebut bukanlah sebuah pernyataan yang tidak berdalil, Allah SWT telah beberapa kali berfirman dalam al-Qur’an tentang keistimewaan dalam alqur’an bahkan dalam al-qur’an Allah SWT menantang kafir quraisy untuk membuat surat yang dapat menandingi keindahan bahasa dalam al qur’an akan tetapi mereka tidak mampu melakukannya.
Al-Qur’an yang diturunkan ditengah masyarakat quraisy yang ahli  dalam kebahasaan tentunya mempunyai keistimewaan  dalam aspek kebahasaan yang dapat melemahkan mereka mengingat eksistensinya sebagai mukjizat, dengan membahas fawatihus suwar  ini akan terungkaplah mukjizat yang terkandung di dalamnya serta mengetahui akan keterbatasan akal manusia dalam memahami sesuatu yang sifatnya  ghaib serta memberikan pemahaman ilahiah kepada manusia melalui pengalaman inderawi yang biasa digunakan.[17]
Penting untuk diketahui bahwa dengan membahas fawatihus suwar ini yang mempelajari akan huruf-huruf mistis dalam al-Qur’an setiap orang akan berusaha untuk menafsirkan akan makna apa yang terkandung didalamnya.hal yang demikian tersebut memberikan udara pemikiran yang berbeda dan bersifat kontinuitas karena penggalian makna yang tidak bersifat  dogmatis.pemahaman yang berbeda ini  disebabkan perbedaan setiap orang dalam  menanggapi sebuah gambaran inderawi.

KESIMPULAN

A.  Pengertian fawatihu-Suwar
Secara bahasa fawatih as-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks setiap surah.

B.   Macam-Macam
Fawatihu Suwar dalam al-qur’an ada sepuluk kelompok, yakni pujian kepada Allah, huruf-huruf yang terputus-putus (huruf hijaiyah), nida (panggilan), jumlah khobariyah, sumpah (Qosam), syarat (al-Istiftahu bi asy-Syarthi), fi’il amr, pertanyaan do’a dan pembukaan dengan alasan.
C.  Pendapat ulama tentang fawatihu suwar
Menurut ibnu Abi al-Asba’, fawatihu suwar adalah untuk menyempurnakan dan memperindah dan cara penyampaian. Sedangkan menurut al-Hubbi, fawatihu as-suwar adalah bentuk warning khusus bagi Nabi. Adapun Rasyid Ridlo, menyatakan bahwa fawatih suwah merupakan peringatan yang diutamakan kepada ruh dan watak Nabi. As-Syafi’i, berpendapat bahwa awal surah merupakan rahasia Al-Qur’an. Abu Bakar as-Shidiq, fawatih Suwar adalah rahasi dari al-qur’an. Az- Zarkasyi berkata dalam tafsirnya ‘al-Qassyaf
merupakan rahasia Allah yang hanya Allah sendiri nyang mengetahuinya.

D.  Manfaat Mempelajari Fawatihus Suwar
Penting untuk diketahui bahwa dengan membahas fawatihus suwar ini yang mempelajari akan huruf-huruf mistis dalam al-Qur’an setiap orang akan berusaha untuk menafsirkan akan makna apa yang terkandung didalamnya. Hal yang demikian tersebut memberikan udara pemikiran yang berbeda dan bersifat kontinuitas karena penggalian makna yang tidak bersifat  dogmatis pemahaman yang berbeda ini  disebabkan perbedaan setiap orang dalam  menanggapi sebuah gambaran inderawi.






DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuthi, Jalaludin. tt. Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an. Beirut : Dar al-Fikr.

Az-Zarkasy, tt.  Al-Burhan Fi Ulumil Qur’an. Beirut : Dar al-Fikri.

Ammar, Farikh Marzuqi. 2007. Samudra Ulumul Qur’an. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
Al-Maliki, M.Bin Alawi. 1983. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jedah : Dar Asy-Syuruq.
Djalal, Abdul. 2008. Ulumul Qur’an. Surabaya : Dunia Ilmu.

Izza, Ahmad. 2009. Ulumul Qur’an. Bandung : Tafakur-Anggota IKAPI.

J. Boullata, Issa. 2008. Al-Qur’an Yang Menakjubkan. Tanggerang : Lentera Hati.
Anwar, Rosihon. 2000. Ulumul qur’an, Bandung: Pustaka setia.




[1] Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an, (Bandung : Tafakur-Anggota IKAPI, 2009), HAL. 196.
[2] Issa J. Boullata, Al-Qur’an Yanng Menakjubkan (Tanggerang: Lentera Hati, 2008), hal      290.
[3]Imam Badru ad-din Muhamam Ibn Abdillah Az-Zarkasy. Al-Burhan Fi Ulumil Qur’an, (Beriut : Dar al-Fikr, tt) hl 213-2014.
[4] Jalaluddin, As-Suyuti, Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, (Beriut : Dar Alfikr, tt), hal, 14-15.
[5] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an. (Surabaya: Dunia Ilmu, 2008) hal.,173.
[6] Ibid., hal 174-181.
[7]Ibid., hal 181-183
[8] Ibid. hal 183-185.
[9]Farikh Marzuqi Ammar, Samudera Ulumul Qur’an. (Surabaya : PT Bina Ilmu, 2007), hal 517-519.
[10] M. Bin Alawi Al-Maliki, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an. (Jedah : Dar Asy-Syuruq, 1983) 298
[11] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an. (Surabaya : Dunia Ilmu, 2008) 192-193.
[12] Ibid., hal 194-195.
[13] Jalaludin as-Suyuthi, Al-Itqqan Fi Ulumi Al-Qur’an  (Beriut : Dar Al-Fikr, tt), hal 106. 
[14] Ibid., hal 106
[15] Ibid., hal 1106.
[16]  Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an (Bandung : Tafakur Anggota IKAPI, 2009), hal 196-197.
[17] Rosihon anwar, Ulumul qur’an, (Bandung: Pustaka setia, 2000) hlm., 142