IDDAH
A.
Pengertian
Iddah
Iddah adalah masa menanti yang diwajibkan bagi perempuan yang
diceraikan suaminya atau ditinggal mati suaminya. Jadi wanita itu tidak boleh
dipinang atau dinikahkan, kecuali sesudah masa idahnya selesai[1].
B.
Waktu
lamanya iddah
1.
Perempuan
yang sedang hamil, apabila diceraikan atau meninggal dunia suaminya, maka masa
iddahnya adalah sampai anak itu lahir dari kandungannya, firman Alloh:
4 àM»s9'ré&ur ÉA$uH÷qF{$# £`ßgè=y_r& br& z`÷èÒt £`ßgn=÷Hxq 4
dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS: At- Tholaq : 4)
2.
Perempuan
yang tidak hamil apabila diceraikan atau meninggal dunia suaminya, maka masa
iddahnya adalah 4 bulan 10 hari. Firman Alloh SWT:
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtFã öNä3ZÏB tbrâxtur %[`ºurør& z`óÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spyèt/ör& 9åkôr& #Zô³tãur (
“
orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan
sepuluh hari. Seperti Firman Alloh:
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtFã öNä3ZÏB tbrâxtur %[`ºurør& z`óÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spyèt/ör& 9åkôr& #Zô³tãur (
#sÎ*sù z`øón=t/ £`ßgn=y_r& xsù yy$oYã_ ö/ä3øn=tæ $yJÏù z`ù=yèsù þÎû £`ÎgÅ¡àÿRr& Å$râ÷êyJø9$$Î/ 3
ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î6yz ÇËÌÍÈ
234. orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya
(ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya,
Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri
mereka[147] menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS:
Al-Baqarah : 234)
3. Perempuan yang dicerai suaminya kalau mempunyai haid, iddahnya adalah tiga
kali suci, untuk menghitung tiga kali suci ialah kalau waktu cerai dalam
keadaan suci dan selama suci tidak dicampuri oleh suaminya, maka sewaktu suci
perceraian itu terhitung satu kali.
4. Apabila didalam suci waktu perceraiannya telah dicampuri suaminya, maka
suci yang pertama dihitung dari sejak sucinya sesudah haid yang pertama sesudah
perceraian. Begitu juga perceraian yang terjadi di waktu haid, terhitung tiga
kali sucinya dari sucinya sesudah haid yang terjadi sewaktu perceraian itu,
firman Alloh:
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur ÆóÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spsW»n=rO &äÿrãè% 4
wur @Ïts £`çlm; br& z`ôJçFõ3t $tB t,n=y{ ª!$# þÎû £`ÎgÏB%tnör& bÎ) £`ä. £`ÏB÷sã «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4
£`åkçJs9qãèç/ur ,ymr& £`ÏdÏjtÎ/ Îû y7Ï9ºs ÷bÎ) (#ÿrß#ur& $[s»n=ô¹Î) 4
£`çlm;ur ã@÷WÏB Ï%©!$# £`Íkön=tã Å$rá÷èpRùQ$$Î/ 4
ÉA$y_Ìh=Ï9ur £`Íkön=tã ×py_uy 3
ª!$#ur îÍtã îLìÅ3ym ÇËËÑÈ
228. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'[142]. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika
mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami,
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. Al-
Baqoroh: 228
5. Perempuan yang dicerai mandul atau sudah lanjut usia dan tidak pernah haid
lagi, sehingga tidak mungkin diharapkan akan bisa hamil, maka iddahnya adalah
tiga bulan. Firman Alloh:
Ï«¯»©9$#ur z`ó¡Í³t z`ÏB ÇÙÅsyJø9$# `ÏB ö/ä3ͬ!$|¡ÎpS ÈbÎ) óOçFö;s?ö$# £`åkèE£Ïèsù èpsW»n=rO 9ßgô©r& Ï«¯»©9$#ur óOs9 z`ôÒÏts 4
àM»s9'ré&ur ÉA$uH÷qF{$# £`ßgè=y_r& br& z`÷èÒt £`ßgn=÷Hxq 4
`tBur È,Gt ©!$# @yèøgs ¼ã&©! ô`ÏB ¾ÍnÍöDr& #Zô£ç ÇÍÈ
4. dan perempuan-perempuan yang tidak haid
lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa
yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya. QS. At-Tholaq: 4
6. Perempuan yang diceraiakn suaminya sebelum dicampuri maka tidak ada
iddahnya. Firman Alloh:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) ÞOçFóss3tR ÏM»oYÏB÷sßJø9$# ¢OèO £`èdqßJçGø)¯=sÛ `ÏB È@ö6s% br& Æèdq¡yJs? $yJsù öNä3s9 £`Îgøn=tæ ô`ÏB ;o£Ïã $pktXrtF÷ès? (
£`èdqãèÏnGyJsù £`èdqãmÎh| ur %[n#u| WxÏHsd ÇÍÒÈ
49. Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka
sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah
bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka
berilah mereka mut'ah[1225] dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-
baiknya. QS. Al-Ahzab: 49
Adapun perincian dari dari hal-hal diatas
adalah sebagai berikut[2]:
a. Wanita yang harus menjalani masa iddah dalam bentuk hingga melahirkan.
(Far’i) kalau kandungannya ada dua bayi maka
iddahnya sampai keluar yang terakhir, (menurut kesepakatan ulama madzhab).
Tetapi jika keguguran, maka mereka berbeda pendapat yaitu sebagai berikut:
1. Imam Hanafi, Syafi’i dan Hambali: wanita tersebut belum keluar dari
iddahnya.
2. Imamiyah dan Maliki: wanita tersebut telah keluar dari iddahnya, sekalipun
yang keluar dari rahimnya itu berupa sepotong daging kecil, selama potongan itu adalah embrio wanita.
Adapun batas maksimal kehamilan ialah:
a. Menurut Hanafi: 2 tahun
b. Menurut Syafi’i dan Hambali : 4 tahun
c. Menurut Maliki: 5 tahun
b. Iddah 3 hilaliah (berdasarkan perhitungan bulan), yakni bagi wanita yang
baligh tetapi tidak pernah haid sama sekali, serta wanita yang menopause.
·
Menurut Maliki : wanita menopause adalah 70
tahun
·
Menurut Hambali dan Hanafi: 50 tahun
·
Menurut Syafi’i: 62 tahun
·
Menurut Imamiyah : 60 tahun (wanita quraisy)
dan 50 tahun (wanita non quraisy)
Sedang istri yang telah dicampuri sebelum
usianya 9 tahun, menurut imam madzhab sebagai berikut:
·
Menurut Hanafi: wajib menjalani iddah
sekalipun dia masih kecil.
·
Menurut Maliki : dan syafi’i : bagi yang belum kuat (layak) dicampuri
maka tidak wajib iddah, tetapi wajib bagi yang sudah bisa dicampuri walaupun
belum berusia 9 tahun.
·
Menurut Imamiyah dan Hambali: tidak wajib
iddah bagi yang belum berusia 9 tahun sekalipun sudah kuat dicampuri.
c. Iddah Quru’ yaitu bagi wanita yang telah mancapai usia 9 tahun, tidak
hamil, bukan menopause dan telah mengalami haid[3].
Menurut pendapat ulama Madzhab:
1. Imamiyah , Maliki dan syafi’i menginterprestasikan quru’ dengan masa suci (
tidak haid)sehingga bila wanita tersebut dicerai pada hari-hari terakhir masa
sucinya, maka masa tersebut dihitung sebagai bagian dari masa iddah, yang
disempurnakan dengan 2 masa suci sesudahnya.
2. Hanafi dan Hambali menginterprestasikan dengan masa haid, sehingga wanita
tersebut harus melewati 3 kali masa iddah( dalam menyelesaikan masa iddah).
Sesudah di talak tidak termasuk masa haid ketika ia ditalak.
C. Batas Maksimal Iddah
Wanita yang telah dewasa tetapi dia belum pernah
haid sama sekali, maka bila ia diceraikan suaminya, iddahnya adalah 3 bulan
(menurut ulama Madzhab). Tetapi bila dia
mengalami haid lalu berhenti akibat menyusui tau sakit maka[4]:
·
Menurut Hambali dan Maliki: iddahnya adalah setahun penuh
·
Menurut Syafi’i: dalam qoul jadid wanita tersebut selamanya
berada dalam masa iddah hingga ia mengalami haid atau memasuki usia menopause
dan sesudah itu beriddah selama 3 bulan.
·
Menurut Hanafi: bila ia mengetahui 1 kali
haoid, lalu karna sakit atau menyusui, haidnya terputus sama sekali, dan dia
tidak lagi mengalami haid, maka ia tidak keluar dari iddahnya sampai dia
memasuki masa menopause.
Jadi menurut Syafi’i, Hanafi masa iddah dapat
berlanjut selama 40 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Dradjat Zakiyah, dkk, Ilmu Fikih Jilid II, (Jakarta: IAIN, 1984)
Sabiq Sayid, Fikih Sunnah Jilid V, ( Bandung: PT
Al-Ma’arif)
Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group)
[1] Zakiyah Dradjat, dkk, Ilmu Fiqih Jilid II ( Jakarta: IAIN,
1984/1985), hlm. 274
[2] Sayid Sabid, Fikih Sunnah Jilid V, (
Bandung: PT Al-Ma’arif), hlm.141
[3] Ibid, hlm.280-281
[4] Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima
Madzhab, (Jakarta: Lentera,2007), hlm. 468